Isu Megathrust Memang Nyata Di depan Mata, BMKG : Saran Buat Pelaku Wisata

oleh -1978 Dilihat

Jakarta – Isu megathrust bukan bualan, tapi memang nyata di depan mata. BMKG pun memberikan beberapa saran kepada para pelaku wisata.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyarankan agar pelaku wisata pasang kuda-kuda, meski kapan terjadinya megathrust tidak ada yang mengetahuinya.

BMKG menyatakan megathrust tidak bisa ditebak atau diprediksi kapan dan seberapa besar gempanya. Namun, siapapun bisa bersiaga dengan mengetahui mitigasi bencana.

“Saya ingin membagi upaya-upaya mitigasi ini. Yang pertama, bagaimana menyiapkan assessment. Ini artinya adalah kawasan wisata dan para pengelola, dalam hal ini hotel, ataupun pengelola wisata lainnya itu mampu memahami potensi bahaya yang bisa saja melanda wilayahnya,” kata Suci Dewi Anugerah, kepala Bidang Mitigasi Tsunami Samudra Hindia dan Pacific, BMKG dalam The Weekly Brief With Sandi Uno, Senin (26/8/2024).

Jika telah mengenali megathrust dan potensi bahayanya, Suci mengatakan bahwa masyarakat sebagai pelaku wisata harus mampu mengidentifikasi bagaimana tindakan evakuasi.

“Berapa kira-kira perkiraan jumlah wisatawan yang akan datang hingga bagaimana rencana evakuasinya. Dan lanjut ke aspek bagaimana membangun kesiap-siagaan. Hotel-hotel coba dicek lagi apakah rambu-rambu evakuasi, jalur evakuasi sudah disiapkan dengan baik?” kata Suci.

Dia kembali mengingatkan hotel untuk memperjelas papan petunjuk evakuasi hingga jalur evakuasi. Serta perlu juga bagi pemilik usaha hotel untuk mengetahui bagaimana kerja dari pintu darurat mereka. Juga perlu bagi hotel untuk menyiapkan alarm evakuasi.

“Mitigasi selanjutnya adalah menyiapkan informasi kesiapsiagaan. Dibuat materi-materi edukasi, misalnya dibuat poster-poster lalu tempelkan pada papan informasi hotel,” dia menambahkan.

Suci menyayangkan sejauh ini masih banyak hotel-hotel yang sering menjadi tempat pertemuan dan tidak memberikan safety breafing kepada tamunya. Padahal itu adalah prosedur standar dalam keselamatan evakuasi.

“Hotel yang berada di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami ini harus melakukan safety briefing sebelum pertemuan, sehingga tamu memahami apabila dalam kondisi darurat mereka tahu harus melakukan apa. Juga upayakan pegawai hotel terlatih dan sering mengikuti sosialisasi dan simulasi rutin,” kata dia.

“Nah kemudian adalah menyiapkan responnya. Hotel-hotel harus menyiapkan SOP rencana kontingensi. Bagaimana dengan command centernya, apakah sudah juga dilengkapi? Kemudian juga harus memastikan bahwa hotel ini bisa mendapatkan akses informasi gempa bumi dan tsunami dari BMKG,” kata Suci.

Dalam kesempatan itu, Suci pun menegaskan bahwa megathrust bukanlah sekadar isu, tapi fakta dan memang sudah pernah terjadi di Indonesia.

“Tidak hanya berdasarkan kajian, tetapi faktanya memang itu pernah terjadi. Jangan lupa tsunami Aceh 2004 yang kekuatannya lebih dari 9 magnitudo, jangan lupa juga tsunami Mentawai yang kekuatannya 7,9 tetapi membangkitkan tsunami yang sangat besar. Tsunami Pangandaran 2006 ataupun tsunami Nias di 2005 itu adalah gempa tsunami yang dibangkitkan oleh gempa bumi di wilayah megathrust. Jadi ini semua adalah fakta yang tidak bisa kita elakkan,” ujar dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.