Jakarta – Transmigrasi di Indonesia dimulai pada tahun 1958 dengan tujuan mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa. Menteri Transmigrasi, Iftitah Sulaiman menyampaikan program ini mengalami perubahan, yang berfokus kepada pembangunan kawasan baru.
“Kini, program transmigrasi lebih berfokus pada pembangunan kawasan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan,” ujarnya saat Diskusi Media “Transmigrasi Baru, Indonesia Maju” di Gedung Balai Makarti Muktitama, Jakarta Selatan, Senin (25/3/2025). Hal ini menandakan perubahan besar dalam pelaksanaan transmigrasi.
Ia mengatakan, pada awalnya, transmigrasi dikenal sebagai perpindahan penduduk dari Jawa ke luar pulau. Namun, saat ini konsepnya berkembang untuk mencakup pembangunan infrastruktur dan ekonomi baru, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Iftitah menyatakan, “Pendekatan baru dalam transmigrasi menekankan pada kesejahteraan bersama, tidak hanya untuk pendatang, tetapi juga masyarakat asli.” Ini menunjukkan bahwa tujuan program ini kini lebih inklusif dan berorientasi pada manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
Ia menyampaikan, program transmigrasi telah berhasil mengurangi kepadatan penduduk di Jawa, namun tetap ada tantangan dalam kualitas pelaksanaan. Beberapa daerah mengalami ketegangan sosial akibat kurangnya perhatian pada kesejahteraan masyarakat lokal.
Menurutnya, kedepannya, transmigrasi difokuskan pada pengembangan kawasan industri, bukan hanya pemukiman. Ini berarti bahwa transmigrasi akan lebih terintegrasi dengan upaya pengembangan ekonomi kawasan untuk menciptakan ekonomi mandiri di setiap daerah.
Pemerintah kini berupaya untuk, lanjut dia, mengelola kawasan transmigrasi yang lebih selektif dan produktif. Salah satu fokus utama adalah pengembangan kawasan seperti Batam-Karimun-Galang, yang sedang dikembangkan untuk meningkatkan nilai ekonomi kawasan tersebut. (**)